Monday, October 27, 2014

ISYARAT

Aku tak perlu bilang, bukan? Kalau urusan perasaan, perempuan itu lebih mudah ber-isyarat daripada berkata- kata. Harusnya kamu tahu itu. Perempuan dilindungi Tuhan dengan rasa malu, apalagi untuk hal yang berhubungan dengan perasaan. Jadi, jangan pernah menunggu perempuan untuk mengungkapkan apa yang sedang dirasakannya, kamu harus mengerti isyaratnya. Mungkin, itulah salah satu alasan kenapa perempuan lebih suka laki-laki yang pengertian; agar hidupnya jauh lebih dimudahkan.

Berharap perempuan lebih dulu mengungkapkan perasaannya terhadap laki-laki, itu semisal kamu berharap orang yang paling kamu benci tertimpa durian jatuh tepat di kepalanya, dan kamu jadi berbahagia karenanya. Masalahnya, belum tentu orang yang sangat kamu benci itu punya kebun durian,kalaupun dia punya, belum tentu dia mau menungguinya. Kalaupun dia punya dan mau menunggu duriannya jatuh, sangat sulit mencari momentum durian itu jatuh tepat di atas kepalanya. Kamu hampir tidak pernah mendengar berita tv yang mengabarkan seseorang tertimpa durian jatuh tepat di kepalanya, bukan? Dibutuhkan presisi tingkat tinggi untuk menemukan momentum durian jatuh tepat di atas kepala pemiliknya, dan kalau kamu ingin sekali momentum itu ada, diperlukan bantuan Tuhan untuk menciptakan momentum seperti itu ada. Kamu bisa saja berdoa dengan sungguh- sungguh kepada-Nya, tapi akan timbul masalah baru; doa kita untuk orang lain, akan kembali pada diri kita sendiri. Malaikat langsung yang mengaminkannya. Jadi pada akhirnya, bisa jadi Tuhan memberikan rezeki kepada kamu untuk mempunyai kebun durian, dan di suatu ketika, kepala kamu yang tertimpa durian jatuh kepunyaan kamu sendiri. Begitulah kira-kira kerumitannya, tentang betapa sulitnya perempuan mengungkapkan apa yang dirasakannya terlebih dahulu pada laki-laki.

Kondisinya jadi lebih sulit manakala perasaan yang ingin diungkapkan itu, berupa perasaan tidak enak, tidak suka, tidak setuju atau sejenisnya kepada orang terdekatnya. Seperti yang sekarang aku rasakan; terhadap kamu. Kamu pernah bilang, kalau kita sudah nyaman terhadap seseorang, kita bisa lebih mudah berbagi rasa, lebih terbuka untuk mengungkapkan apa yang ada di hatinya kita. Padahal bagiku, justru rasa nyaman itu sendiri yang jadi masalahnya. Aku sudah nyaman dengan kamu. Kita sudah sepakat untuk menjadi rumah bagi masing-masing; tempat dimana kita selalu ingin pulang dan berlabuh. Rasa nyaman itu pastilah terganggu dengan perasaan yang sedang aku rasakan sekarang kepada kamu. Dan aku enggan untuk mengungkapkannya. Siapapun tak ingin kehilangan rumah, bukan? Tapi aku sudah tak kuasa untuk menyembunyikannya. Jadi tolong, cobalah untuk mengerti isyarat-ku. Aku ingin dimengerti tanpa harus berkata-kata.


“Kamu lagi kenapa sih, ngomong dong?” tanyamu menanggapi isyarat diamku, dan aku jadi tambah kesal karena pertanyaanmu itu.
“Gapapa” Jawabku sekenanya
“Kalo gapapa, kok kayaknya ada yang beda ya?”
“Itu kamu tahu, kenapa pake tanya segala?” jawabku kesal
dalam hati, yang diterjemahkan dengan kata-kata menjadi:

“Lagi pengen diem aja”
“Ya udah kalau begitu, selamat berdiam diri.” Astaga, ngeselin banget, boleh di lempar sendal nggak sih?!

Sunday, October 26, 2014

Tetaplah Dalam Diam

Kadang, seseorang yang sering kita perbincangkan dengan Tuhan adalah ia yang tak berani kita sebut-sebut namanya pada dunia. Karena mungkin dunia begitu bersorak jika tahu. Padahal perasaan itu belum tentu akan menjadi halal.

Tetaplah dalam diam yang menyejukkan. Menunggu di atas sajadah panjang sambil membaca surat-surat cinta-Nya. Pantaskanlah diri kita masing-masing sebelum akhirnya kita dipertemukan. Agar nanti, kita akan saling menatap kebaikan.

Ya, kebaikan! Hal yang (hanya) berasal dari Yang Maha Baik.

Friday, October 24, 2014

BEDUA SAJA

Kemana pun, aku akan tetap ingin berdua denganmu.

Ya, aku penakut! Aku hanya berani melangkah jika bersamamu. Tak salah, Tuhan menciptakan segala hal berpasangan. Karena jika hanya seorang diri, kuyakin aku tak akan bisa berdiri sendiri.

Kau tau? Di dunia ini.. berpasangan itu Tuhan ciptakan bukan hanya untuk manusia (yang) layaknya laki-laki berpasangan dengan perempuan. Tapi segalanya Ia ciptakan berpasangan.

Seperti Proton yang saling tarik-menarik dengan Elektron.
Saturnus yang tak pernah lepas dari cincinnya.
Gembok yang hanya akan terbuka oleh kunci yang cocok dengannya.
Sebagaimana juga Laptop yang hanya akan bertahan lama nyalanya jika bersama charger.

Dan kamu.. adalah pasangan yang Tuhan takdirkan untuk-ku. Tidak ada yang sempurna diantara kita. Sebab itulah kita disatukan oleh-Nya agar bisa mencapai kesempurnaan dengan saling melengkapi.
Sederhananya, Tuhan tidak akan membiarkan mahluknya sendirian. Karena itulah Dia ciptakan kita berpasangan.

Salam Cinta.

6:48 pm

Siapapun kamu di masa lalu, bukan berarti kamu tidak berhak untuk menjadi muslimah yang lebih baik. Allah saja Sang Pencipta mau memaafkan hambaNya, mau mengangkat derajat hambaNya yang ingin berubah dan taat, lalu apa hak kita sebagai sesama manusia menghina manusia lainnya?
Sungguh, lisan itu jauh lebih tajam daripada pedang.
Sungguh, fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan.

Karenanya, menjaga lisan itu sangat penting, karena ber-husnudzon dan selalu berkata baik adalah kewajiban seorang muslim.

Atas apa yang orang lain katakan kepada kita, Alloh tak akan hisab. Tapi sepatah kata yang keluar dari mulut kita, pastinya akan dimintai pertanggung jawaban.

Jadi ngga perlu pusing dengan apa kata orang lain atas ucapannya, karena mereka yang akan ber-tanggung-jawab nanti didepan Alloh.

Yang perlu dipikirin, sudah berapa banyak kata-kata dari lisan kita yg kurang atau bahkan tidak baik

Sunday, October 19, 2014

TERIMAKASIH SBY


Selama sepuluh tahun, beliau telah banyak mengubah Indonesia.
Menyimak Pidato Kenegaraannya di DPR yang terakhir seperti melihatnya melambaikan tangan, mengucapkan salam perpisahan. Mengingatkan tentang perjalanan panjang bangsa kita. Bahwa kita sebagai bangsa telah jauh berjalan bersama, bergandengan tangan, berjuang menjadi bangsa yang lebih sejahtera.
"Dari bangsa yang sewaktu merdeka sebagian besar penduduknya buta huruf, rakyat Indonesia kini mempunyai sistem pendidikan yang kuat dan luas, yang mencakup lebih dari 200 ribu sekolah, 3 juta guru, dan 50 juta siswa.
Dari bangsa yang tadinya terbelakang di Asia, Indonesia telah naik menjadi middle-income country, menempati posisi ekonomi ke-16 terbesar di dunia, dan bahkan menurut Bank Dunia telah masuk dalam 10 besar ekonomi dunia jika dihitung dari Purchasing Power Parity.
Dari bangsa yang seluruh penduduknya miskin di tahun 1945, Indonesia di abad ke-21 mempunyai kelas menengah terbesar di Asia Tenggara, dan salah satu negara dengan pertumbuhan kelas menengah tercepat di Asia
Dari bangsa yang jatuh bangun diterpa badai politik dan ekonomi, kita telah berhasil mengonsolidasikan diri menjadi demokrasi ke-3 terbesar di dunia”
Sebagian orang mungkin berpendapat bahwa semua stabilitas dan perkembangan ekonomi negara kita adalah “kejadian alami”, yang terjadi karena hasil jerih payah rakyat sendiri.
“Ya itu kan memang karena Indonesia lagi punya bonus demografi
“Ini memang karena kelas ekonomi menengah kita sedang kuat”
“Ini karena rakyat memperjuangkan perubahannya sendiri, bukan karena pemerintahan SBY”
Buat saya, pendapat seperti ini adalah pendapat pecundang. Mereka terlalu sombong untuk membuka mata dan menerima fakta, bahwa kita bisa mendapatkan semuanya karena kita berjalan bersama, dan kita berjalan di bawah pemerintahan SBY.
Tidak adil jika kita menyalahkan SBY atas semua kegagalan pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu, tetapi tidak memberikan apresiasi sama sekali ketika di bawah kabinet yang sama, terdapat begitu banyak prestasi.
Dan sungguh tidak adil jika kita membandingkan Indonesia dengan Amerika, Eropa, Korea, atau negara lainnya. Indonesia terlalu luas, terlalu besar, dan terlalu beragam untuk disamakan dengan negara manapun di dunia. Menjadi pemimpin sebuah negara dengan ribuan pulau, ribuan suku, ribuan bahasa, dan milyaran pemikiran yang tersebar dalam jutaan kepala adalah sebuah beban yang teramat besar, terlalu besar.
"Menjadi Presiden dalam lanskap politik dimana semua pemimpin mempunyai mandat sendiri, dalam demokrasi 240 juta, adalah suatu proses belajar yang tidak akan pernah ada habisnya"
Dan dia tetap memilih berani berdiri di sana, atas memimpin kita bertumbuh bersama.
"Setelah hampir 7 dekade merdeka, Indonesia di abad ke-21 terus tumbuh menjadi bangsa yang semakin bersatu, semakin damai, semakin makmur, dan semakin demokratis"
Saya mungkin bukan ahli politik, saya bisa jadi tidak mengerti sosial-ekonomi, dan saya barangkali tidak tahu banyak soal tata negara.
Tapi saya tahu pasti menjadi presiden bukanlah perkara mudah. Saya sadar betul memimpin Indonesia bukan pekerjaan sederhana. Saya semakin memahami bahwa presiden tak sepantasnya dengan mudah dicaci-maki, dibilang lamban, dicap tolol, diteriaki boneka asing, dan dijadikan lelucon.
Jika memang ia mengkhianati kita sebagai bangsa, saya tidak pasti tahu akan hal itu, sebagaimana Anda pun demikian. Jika memang SBY menjual negara kepada asing atas niatan berkhianat, saya pun tidak melihat dengan mata kepala saya sendiri akan hal itu, sebagaimana Anda pun demikian. Yang tahu pasti akan semua pengkhianatan itu, hanya dia dan Tuhan. 
Tapi saya tahu pasti Pak SBY kurang tidur karena memikirkan Indonesia. Terlihat jelas lelah dan semua beban itu di kantung matanya. Saya percaya Pak SBY mengusahakan perdamaian di negeri ini dengan seksama, agar bangsa kita yang begitu beragam agamanya, begitu berwarna keyakinannya, tidak saling mengadu dan tetap bisa bersatu.
"Dalam sepuluh tahun terakhir, saya telah mencoba mendedikasikan seluruh jiwa dan raga untuk Indonesia. Terlepas dari berbagai cobaan, krisis dan tantangan yang saya alami, tidak pernah ada satu menit pun saya merasa pesimis terhadap masa depan Indonesia. Dan tidak pernah satu menit pun saya merasa tergoda untuk melanggar sumpah jabatan dan amanah rakyat saya sebagai Presiden"
Dan dengan semua perjalanan panjang itu, Pak SBY dengan rendah hati meminta maaf secara terbuka.
"Merupakan kehormatan besar bagi saya menjadi Presiden Republik Indonesia. Saya adalah anak orang biasa, dan anak biasa dari Pacitan, yang kemudian menjadi tentara, menteri, dan kemudian dipilih sejarah untuk memimpin bangsa Indonesia.
Tentunya dalam sepuluh tahun, saya banyak membuat kesalahan dan kekhilafan dalam melaksanakan tugas. Dari lubuk hati yang terdalam, saya meminta maaf atas segala kekurangan dan kekhilafan. Meskipun saya ingin selalu berbuat yang terbaik, tetaplah saya manusia biasa”
Memikirkan ini semua, saya jadi membayangkan suatu saat nanti ketika saya punya kesempatan bertemu dengan beliau, apa yang akan saya katakan.
Saya teringat berapa banyak saya ikut mencaci beliau dan menjadikannya bahan lelucon, dan betapa sedikitnya saya mengapresiasi dan berusaha benar-benar memahami beban beratnya sebagai pemimpin bangsa Indonesia.

Saya mungkin tidak akan berbicara banyak.
Saya akan menjabat tangannya erat, menatap matanya lekat, dan memeluknya dengan hangat.
Saya hanya ingin meminta maaf dan berterima kasih.
Sebab,menjadi presiden di negara ini berarti siap dicaci meski sudah mengabdi tanpa dipuji. *hug pak sby rame-rame*

KEHILANGAN

Bukan untuk pertama kalinya. Merasa kehilangan sesuatu atau seseorang yang bahkan pernah dimiliki pun tidak. Astaghfirullah. Detik ini isi pikiran terdistraksi oleh beberapa hal yang mestinya tidak perlu dibahas lagi. Maafkan.

Tentang kehilangan. Tentang persahabatan. Tentang kita dan mereka. Tentang hal yang mestinya masih baik-baik saja. Andai waktu bisa kembali lagi. Mungkin aku tidak akan memulai semuanya denganmu, Tuan. Tidak akan. Karena aku tahu...

Ada yang lebih berharga dibanding memaksakan diri untuk mengikuti alurmu. Ada. Tapi rasa-rasanya aku terlalu terlambat untuk menyesali. Mestinya, sejak awal aku tak memulai. Karena konsekuensi dari semua ini terlalu berat untuk kita (aku dan kamu).

Membiarkanmu kehilangan yang pernah kamu sayang itu menyakitkan. Apalagi membiarkan orang yang bertahun-tahun mencintai dalam diam, kini kehilangan harapan saat cintanya bertepuk sebelah tangan.

Aku terlalu egois. Memaksakan semuanya untuk berjalan demikian. Sesuai harapku yang sudah menjatuhkan pilihan ini padamu. Dalam renungan aku berandai-andai. Andai saja kita…

Ah, tapi Tuhan yang berkehendak atas semua ini. Tuhan yang mempertemukan. Dan Tuhan pula yang membantu kita memadukan perbedaan dalam indahnya kebersamaan. Maafkan. Aku tidak bisa menolak anugerah ini.

Bahkan saat aku harus merelakan seseorang itu pergi memilih jalan dan prinsipnya sendiri. Seseorang yang bagiku cukup berarti. Seseorang yang selalu berkata ‘bersamamu aku hanya bisa… mengagumi tanpa cintai’

Berat saat kembali teringat. Terlebih saat dibilang aku ini jahat. Ah tapi biarlah. Biar aku yang mengalah dengan mundur teratur sebelum semuanya semakin hancur. Aku sudah mengambil keputusan dan aku meyakini…

Harus selalu ada yang dikorbankan, untuk mendapat sesuatu yang lebih baik. Saat sudah kehilangan sesuatu atau seseorang, kita harus rela tinggal bersama kenangan. Ya, semoga kenangan yang berkesan. 

Jauh bukan berarti melupakan. Diam bukan berarti tidak peduli. Sekali lagi, setiap keputusan hadir bersama konsekuensi. Terimalah. Lapang dadalah. Kehilangan bukan akhir dari segalanya. Kecuali jika yang hilangnya kepercayaan. Segalanya bisa berakhir tanpa alasan. #ifyouknowwhatimean

KAMU HARUS PERCAYA

Pernahkah kamu merasa begitu kehilangan sesuatu atau seseorang yang tidak tergantikan?
Pernahkah kamu merasa begitu mencintai seseorang melebihi hidupmu sendiri
Namun dia hanya menganggapmu sekedarnya saja?
Pernahkah?


Biar kuberitahu rasanya seperti apa
Sesak
Dadamu seperti seketika mau meledak


Pernahkah kamu merasa menangis terisak sampai sulit bernapas?
Bahkan kedua mata seperti tidak jelas melihat?
Karena yang ada di sana hanya air mata.=
Air mata menumpuk di dua pelupuknya


Panas
Rasanya menyengat ganas


Pernahkah kamu merasa rasanya hidup ini tidak adil?
Mengapa saat kamu berduka, justru ada yang begitu bahagia?
Mengapa sepertinya kamu ditinggalkan dunia?

Sendirian
Kau merasa begitu sendirian

Kuingatkan satu hal saja
Satu hal saja


Seburuk apapun yang menimpamu
Kamu harus percaya bahwa tidak ada di dunia ini yang benar-benar sendiri
Bahkan matahari selalu ditemani embun pagi, udara segar, secangkir kopi, harapan-harapan para penjual koran, bahkan selarik puisi


Jangan pernah dibutakan oleh duka dunia
Karena kesementaraan itu nyata
Dan begitu pula dengan luka


Lukamu
Lukaku
Luka mereka

Lihat
Kau tidak pernah benar-benar sendiri, kan?

Saturday, October 18, 2014

Mengenal(kan) Dirimu Sendiri

“Siapa pun mengenal dirinya akan lebih sibuk membenahi dirinya sendiri daripada mencari kesalahan orang lain”

— Ibn Qayyim Al-Jawziyya

Hari ini saya kembali belajar tentang diri saya sendiri, ada sebuah dinding yang tinggi, tembok yang besar, dan topeng yang tebal yang melindungi saya dari dunia luar. Semua itu adalah kemurahan hati sang Pencipta. Dimana setiap aib yang semua manusia pasti membencinya, ditutup rapat-rapat oleh rimbunnya bunga-bunga yang cantik.

Kadang, hal yang paling takut saya temui adalah diri saya sendiri. Banyak hal dalam diri saya yang ingin saya hindari, saya jauhi. Berusaha menjauh dan berlari, menyembunyikan diri. Sama sekali tidak mungkin karena itu ada di dalam diri saya sendiri, kemana pun saya pergi, itu adalah saya sendiri.

Pada akhirnya saya harus tunduk pada sebuah kenyataan. Fakta bahwa itu adalah diri saya, harus saya terima, dan maafkan. Meski proses memaafkan diri sendiri itu pada kenyataannya jauh lebih sulit daripada memaafkan orang lain. Karena orang lain bisa saja pergi dan menjauh, sementara kesalahan diri sendiri tetap ada di dalam diri saya, setiap hari saya temui.

Saya sempat menggugat, mengapa saya harus memiliki cerita hidup yang seperti demikian? Mengapa saya yang harus mengalami? Apa maksudnya? Tidak bisakah saya kembali ke masa itu mengubah semuanya?

Pertanyaan-pertanyaan itu menghantui saya di setiap kali sujud. Apakah saya pantas meminta surga. Sebuah hal yang paling saya khawatirkan, apakah Tuhan memaafkan kesalahan itu. Bagaimana caranya saya tahu bila Dia sudah memaafkan?

Orang lain bisa memandang diri ini setinggi langit meski sejatinya diri ini lebih pantas berada di dasar laut dalam. Pada akhirnya, ada satu titik dimana manusia seperti saya harus belajar dan berani mengenalkan diri untuk mengenalkan diri secara utuh. Mungkin tidak kepada semua orang, hanya kepada orang-orang tertentu. Dan itu tetaplah sebuah hal berat.

Mengenalkan diri secara utuh. Mengenalkan diri secara paripurna, hingga tak satupun tertinggal untuk diberitakan. Perihal orang tersebut kemudian pergi, itu adalah sebuah konsekuensi. Beruntunglah bila orang tersebut bisa menerima kita. Sebuah hal yang mungkin tidak pernah dibayangkan oleh manusia seperti saya bahwa akan ada orang yang menerima saya sedemikian rupa.

Hidup ini sejatinya hanya perlu Allah, apapun yang didekatkan kepada kita adalah sarana kita untuk mendekatkan diri kepada Allah. Termasuk pasangan kita, orang tua kita, teman-teman kita, harta kita, dan apapun yang memenuhi hidup kita.

COBA FIKIRKAN

Kamu tidak akan cukup memberikan seluruh hidupmu hanya untuk mencintaiku, dan aku tidak tertarik dengan seluruh pemberianmu itu. Aku tidak butuh hidupmu. Bahkan kamu tidak akan cukup memberikan seluruh perhatianmu hanya untuk mencuri perhatianku. Aku tidak membutuhkannya.

Kamu terlalu mudah mengatakan ini dan itu, memberikan apa yang kamu miliki. Memangnya kamu memiliki apa? Rupa wajahmu yang menawan? Kekayaanmu yang segudang? Darahmu yang bangsawan? Aku tidak membutuhkannya. Bukankah itu cuma titipan yang pada saatnya akan diambil? 

Yang kamu bangga-banggakan di hadapanku ini bukankah sesuatu yang tidak kamu miliki?
Sekalipun kamu berikan seisi dunia pun aku tidak tertarik sama sekali denganmu. Terlalu banyak orang yang menawarkan hal yang sama. Apa bedamu dengan yang lain?

Thursday, October 9, 2014

PRIA HUJAN

Kau tau?
Aku selalu berdoa semoga tidak bertemu dengan pria satu almamater. Bilapun bertemu, aku selalu berharap itu berada di dunia luar. Tidak saling mengetahui asal usul kita. Lalu, sama-sama tertawa saat tahu ternyata kita satu almamater.


Kau tau?
Aku tidak pernah mengharapkan seorang pria satu almamater. Bangku sekolah ini terlalu arogan, terlalu keras, dan terlalu melangit. Seringkali memandang begitu jauh hingga lupa apa yang ada di dekat. Seringkali melihat dari atas dan lupa bahwa kita semua sejajar mata.


Aku tidak pernah mencari. Tapi seperti dulu aku bilang, ‘Jangan Dia’. Nyatanya aku justru terjebak dalam perasaan suka. Mungkin benar kata orang, hati-hati terhadap kata-kata sendiri.

Bila saja kita bertemu di dalam almamater yang sama, mungkin aku sama sekali tidak akan memikirkanmu. Sayangnya ceritanya tidak begitu. Kita harus bertemu dikala hujan. Saat kita sama-sama kalah oleh dingin dan basah air. Saat kita harus bersembunyi di bawah atap-atap yang melindungi kita dari kejaran hujan. Kita bertemu. Pertemuan pertama.

Wednesday, October 8, 2014

..

Actually I've been very tired to write this stupid posting here. You, thankyou for all the moments that you have given to me. Start from a suddenly you came to me, trying to look for attention, invite me to chat, watching me, and everything.

Actually I don't know, why did you do that? Why so sudden? You suddenly care to me, then a few days later, you changed. You stay away from me. Then, what is the meaning of all the special treatment that you have done for me yesterday?

Did you know? I love it. Now what can I do? You've already changed. It's a bullshit kalo gue bilang gue gaada rasa buat lo.

Monday, October 6, 2014

PILIHAN

Kita melakukan perjalanan bersama-sama, cuma kita, berdua. Anggap saja perjalanan itu adalah mendaki sebuah gunung. Aku yang dari awal nemenin kamu, support kamu supaya tetap semangat, ada disaat kamu butuh, meraih tangan kamu saat kamu jatuh beberapa kali. 

Dan, sekarang kamu udah berhasil sampai puncak gunung yang kamu daki mati-matian. Disana juga udah ada orang lain yang siap meraih tangan kamu. Tapi, aku tahu orang di atas sana itu munafik. Dia cuma ada waktu kamu lagi di atas aja. Kalau pun dia itu menurut kamu adalah orang baik, kemana aja dia waktu kamu berjuang meraih puncak?

Sekarang pilihan ada di tangan kamu. Jika kamu lebih memilih menerima raihan tangan dia, Insyaallah aku akan memahamimu. Aku pun disini juga punya pilihan, aku akan meninggalkanmu dan melambaikan tangan untukmu yang telah di puncak, atau tetap mendukung kamu agar kamu dapat bertahan disana.

Saturday, October 4, 2014

LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN

Perempuan, dalam alam bawah sadarnya yang paling dalam. Akan ada perasaan ingin didominasi. Didominasi oleh sesuatu yang menurutnya pantas mendominasi. Jika kata ini kurang tepat, maka akan lebih mudah dijelaskan dengan perasaan-ingin-dipimpin.
Semandiri apapun perempuan. Meski kemana-kemana sudah berani sendiri. Pulang larut malam berani. Membuat perjalanan jauh dengan percaya diri. Mendaki, bermain air, atau hal-hal bahaya lain. Dalam satu masa, akan ada perasaan ingin dilindungi.

Sekuat apapun dia, secara fitrahnya ia ingin dilindungi. Ingin menggantungkan diri pada sesuatu yang menurutnya lebih kuat. Bukan karena perempuan lemah, bukan pula karena dia tidak bisa. Tapi lebih kepada perasaannya sendiri. Ada rasa nyaman ketika dilindungi. Ada rasa nyaman ketika diperhatikan.

Hal ini pula terjadi kepada laki-laki. Bahwa laki-laki akan merasa menjadi “laki-laki” ketika ia bisa menunjukkan kemampuannya dalam melindungi, memberi jaminan keamanan, dan menjadi tempat bergantung. Ketika hal-hal itu hilang darinya, maka kelakiannya benar-benar dipertanyakan. Bahkan dipertanyakan oleh dirinya sendiri. Mengapa tidak ada orang yang mau mempercayakan keamanannya dan perlindungannya kepadanya?

Laki-laki akan tampak hebat dan kuat jika ada perempuan disampingnya. Karena ada sesuatu yang dia lindungi. Perempuan akan merasa dirinya begitu berharga ketika ada sesuatu yang dengan keras memperjuangkan dan menjaganya. Ini fitrah. Sesuatu yang memang berasal dari dalam diri masing-masing.

Maka mulailah kita berpikir. Sosok seperti apa yang sebenarnya mampu mendominasi kita (perempuan). Dan sosok seperti apa yang mau mempercayakan keamanan dan perlindungan hidupnya kepada kita (laki-laki).

Maka, berbahagialah ketika yang mendominasi tersebut adalah sosok yang sangat bijaksana. Yang memimpin dengan sangat baik. Dan berbahagialah ketika ada seseorang yang datang dan mempercayakan kepada kita sebagai tempat berlindung dan mempercayakan hari kedepannya bahkan hidupnya setelah mati kepada kita (laki-laki).