Berujung pada perasaan yang tidak berhasil kamu tebak
Mengertikah kamu perjuanganku juga
butuh kepedulianmu?
Entah karena kamu terlalu bodoh
untuk menilai atau terlalu egois untuk memaklumi
Aku mencoba sabar, mencoba sabar
menghadapimu
Aku berusaha bertahan, berusaha
mempertahankan yang harusnya aku lepaskan
Aku sudah menunggu sangat lama,
mengharap pengertianmu menderas ke arahku
Tapi hal itu tak kunjung ku temui
Kamu masih begitu dengan omonganmu,
dengan tingkahmu yang tak berubah
Apakah kesabaran dan perjuangan
yang kulakukan benar-benar tak terlihat di matamu?
Mengapa hanya diam dan bisumu yang
kudapati di hari-hari kebersamaan kita?
Aku ketakutan dan kedinginan
sendirian
Kamu tak pernah ada disini saat aku
butuhkan
Aku juga tak paham lagi pantaskah
kebersamaan kita terus aku perjuangkan?
Pantaskah sosokmu selalu
kupertahankan?
Jika yang kudapatkan hanyalah
pengabaian, ketidak-pedulian, dan kebohongan?
Bagian manakah yang bisa memberi
kebahagiaan?
Kamu jauh disana
Tak banyak yang kamu lakukan
selain mengirimkan pesan singkat atau menyapaku dari ujung gang-mu
Tak banyak yang bisa kita lakukan
selain saling merindukan
Rasa perih itu semakin membesar
Membentuk luka yang semakin sulit
untuk disembuhkan
Semakin aku sering tak melihatmu,
ketakutanku disini semakin menebar
Perlukah aku membandingkanmu
dengan pria-pria lain, yang lebih pandai meluangkan waktunya untukku?
Daripada sedikit waktu yang kamu
luangkan untukku?
Kamu tidak pernah peduli betapa
sakitku, perihku, dan sedihku
Kamu biarkan aku menyelesaikannya
sendirian
Inikah wujud kepedulian yang
selalu kamu ributkan denganku?
Mana kepedulianmu?
Mana kehadiranmu?
Kosong
Tolong jangan bilang rindu
Jika kamu tidak bisa kesini untuk
membuktikan perasaanmu
No comments:
Post a Comment