Suatu hari, lahirlah Api. Gadis kecil nan jelita. Dari rahim ibunya.
Tapi api tidak pernah tau siapa ibunya. Ia tinggal bersama nenek yang
dipangginya Uti. Api kecil yang malang. Ia tidak pernah tau siapa orang
tuanya. Kini ia pun tidak memiliki teman. Teman-temannya takut
mendekatinya.
Ada pernah suatu hari seorang anak laki-laki datang
kepadanya untuk mengajaknya bermain. Tapi, api membakar kulitnya. Anak
laki-laki itu menangis, hingga orang tuanya melarangnya bermain dengan
api.
Sejak itu sampai detik ini, api selalu bermain sendiri. Uti
tidak pernah bertanya apapun padanya. Tidak pernah begitu terlihat
peduli. Hingga pada suatu hari api memutuskan pergi dari rumahnya.
Ia
menyusuri rerumputan. Begitu riang melihat ladang yang lapang. Ia
bermain diatasnya hingga tahu-tahu ladang itu terbakar. Hangus.
Menyisakan api melihat kepulan asap hitam. Kambing berlarian dan para
penggembala melihat nanar ladang rumput yang hilang.
Api lari ke
hutan. Ia duduk di bawah pohon. Tapi siapa sangka, api telah menciptakan
bencana besar di hutan. Kebakaran besar. Api ingin memadamkannya tapi
justru membuatnya semakin besar. Ia bingung.
Api lari dari hutan.
Ia duduk diatas batu. Di hamparan tanah tandus. Angin mempermainkan
rambut Api yang tergerai. Api menatap bintang-bintang, ia menangis.
Untuk pertama kali dalam hidupnya Api menangis. Air matanya berlinang
meneteskan berjuta-juta pertanyaan tentang keberadaannya.
Siapa
ayah dan ibunya. Mengapa ia lahir sebagai api. Mengapa api tidak memilki
teman. Mengapa, mengapa, begitu banyak pertanyaan Api yang menjadi air
mata. Api menangis tiada henti. Dan alam menyaksikan kesedihannya. Api
telah mati oleh air matanya sendiri. Ia padam sebelum pagi tiba.
No comments:
Post a Comment