Kau tahu betapa sulitnya aku ketika kau menjadi matahari? Aku yang mau tidak mau harus bertemu denganmu setiap hari. Meski malam kelam, esoknya kamu pasti datang. Mustahil menghindarimu sekalipun aku pindah ke bulan.
Setidaknya aku belajar banyak hal. Aku belajar bagaimana menghadapimu saat pagi tiba. Saat kita mau tidak mau harus berjumpa. Meski harus menenggelamkan perasaan di dasar lautan. Kamu mungkin tidak tahu bagaimana tertekannya perasaan itu di dalam laut sana.
Lalu, aku juga belajar bagaimana menghadapimu saat kamu pergi di sore hari. Aku belajar bagaimana rindu tak membuatku menjadi mati. Menghabiskan malam tanpa tidur, dan mimpi indah hanya karena pertemuan siang tadi. Seperti itulah menympan perasaan.
Aku belajar bersiasat, bertemu denganmu seolah tidak terjadi apa-apa. Kamu mungkin tidak tahu, kadang aku sedih. Saat langit bersekongkol menggagalkan pembicaraan kita. Tapi aku menjadi belajar, mungkin memang sebaiknya tidak perlu terjadi pembicaraan. Apa aku minta saja kepada langit agar membuat hujan gelap sepanjang tahun?
Seperti itulah kiasan yang dapat aku jelaskan ketka aku bertemu denganmu. Aku tidak mungkin menghindarimu saat kamu menjadi matahari. Tapi aku belajar bagamana cara menghadapimu juga men-siasati perasaanku. Sampai kapan? Sampai kapan kamu akan menjadi matahari seperti itu?
No comments:
Post a Comment