Tahukah kita? Seandainya setiap orang paham bahwa mencintai bukan
hanya soal waktu, soal keberanian, atau soal kesempatan. Namun, soal
keimanan dan ketaqwaan. Bila setiap orang sadar bahwa tidak semua
perasaan itu harus dituruti. Tidak harus dikatakan. Tidak harus ditindak
lanjuti. Kan sudah aku bilang, urusan ini bukan sekedar urusan waktu
dan keberanian, tapi urusan keimanan dan ketaqwaan.
Tahukah kita?
Terlalu banyak orang kehilangan sabar. Tidak mampu memahami keadaan.
Terlalu terburu-buru mengungkapkan sesuatu. Tidak berpikir dua kali
untuk bertanya-tanya, “apakah kiranya Tuhan ridho dengan tindakannya?”
Tahukah
kita? Pada akhirnya orang yang bisa membersamai kita bukanlah dia yang
lebih cepat atau lebih lambat. Tetapi dia yang bisa mengiringi langkah
kita. Langkah yang sama jauhnya, sama pendeknya.
Tahukah kita?
Memandang seseorang saat ini tidak lagi bisa dilihat dari sekedar
pakaian dan isi otaknya. Sudah menjadi bias mana yang asli mana yang
palsu. Seandainya setiap orang tahu, bahwa mata tidak lagi bisa
mengenali dengan jujur. Tapi tidak setiap orang paham bahwa dia memiliki
mata hati. Hati mengenali hati. Mata hanya mengenali fisik.
Tahukah
kita? Diri kita dan apapun yang kita miliki adalah hal yang paling baik
untuk kita. Bukan untuk orang lain. Apa yang dimiliki orang lain, itu
yang terbaik untuk mereka. Bukan untuk kita. Seandainya kita paham
konsep kecil ini, kita tidak perlu iri hati. Sayangnya, diantara kita
saling membandingkan. Lalu menyakiti diri sendiri.
Tahukah kita? Waktu kita tidak banyak. Sayangnya, diantara kita banyak lupa waktu. Aku pun begitu.
No comments:
Post a Comment