Saturday, April 26, 2014

SAAT HUJAN REDA


Cinta akan datang saat hujan reda. Dibalik tirai-tirai toko kue sepanjang jalan kota,
aku duduk berteduh dibawahnya. Di balik jendela kaca kamu memandang keluar.
Di balik kaca matamu berkaca-kaca, oleh rasa sedih yang datang setiap kali kamu bangun pagi.

Aku memandangmu dari jauh. Sebab aku seperti hantu yang tidak pernah kau lihat. Sekalipun matamu menatap kemari, aku kosong di matamu. Hujan yang seperti itu akan selalu menghempaskanmu ke masa lalu. Sebab itu kamu membenci hujan.

Aku ingin menghampirimu. Dengan alasan tak adalagi tempat duduk kosong di toko ini. Aku duduk di depanmu dan mengenalkan diri. Sesudah itu kita saling tahu nama kita masing-masing, sekalipun hanya nama panggilan. Itu cukup bagiku.

Esoknya hujan masih ada, dan kamu tetap setia duduk dibalik jendela kaca. Hujan yang kamu benci karena selalu mengusik hatimu. Selalu mengusikmu dengan masa lalu. Aku ingin bicara padamu. Karena aku tau cinta akan datang saat hujan reda.

Tuesday, April 22, 2014

MAUKAH KAU MENUNGGUKU?


Matahari pagi selalu sama, perasaan kita tidak. Seperti langit yang berubah sewaktu-waktu. Tidak seperti air yang mengalir. Lebih seperti jalan yang terjal naik turun bergelombang. 

Detik berdetik dalam jarak yang sama, perasaan kita tidak. Resah melihat waktu yang terus bergerak semantara diantara kita tidak pernah terjadi pengakuan. Tatap mata bertemu, senyum malu-malu, pura-pura menghindar.

Pura-pura bertanya kabar. Merah merona ketika nama terucap. Aku tahu diantara kita saling menjaga diri. Tidak banyak hal yang bisa aku lakukan selain mendoakanmu. Tidak lebih dari itu.

Sebab diantara kita bukanlah siapa-siapa. Perasaan yang kita miliki tidak lantas membuat kita menjadi saling memiliki kan? Sebab setiap perasaan memerlukan tindakan. Dan tindakan itu haruslah bertujuan.

Bila aku menujumu, ingatkan aku untuk berpaling kepada Tuhan lewat matamu. Bertanyalah kabar tentang ibadahku. Diantara kita tercipta samudera. Meski pada kenyataannya kita bertemu dan saling sapa setiap hari. Berada dalam satu tempat yang sama.

Jarak akan hilang dengan beberapa ikrar kata. Dan waktu, seperti kita tahu, tidak pernah bisa diajak berkompromi. Diantara kita tetap diam saja. Aku ingin mengatakan sesuatu tapi malu. Aku malu mengatakannya; maukah kau menungguku?

KARENA APA?


Kira-kira apa yang membuatmu cinta? Aku penasaran ingin tahu. Aku tidak baik, menurutku sih. Aku bulat, kata orang banyak begitu. Legam, tidak lebih menarik dari wanita lain di luar sana. Aku tidak suka memakai pakaian terkini. Aku lebih suka kesederhanaan. Aku, ya seperti ini, aku berantakan.

Kira-kira apa yang membuatmu cinta? Aku tidak suka melihat pertandingan bola di tengah  malam. Berteriak kegirangan jika tim andalan mencetak gol. Melakukannya disaat banyak orang tertidur. Untuk apa? Tapi katamu itu menyenangkan. Bagiku, itu buang-buang waktu, lebih baik tidur lalu melihat hasilnya di berita olahraga pagi harinya. Kemudian kau tidak setuju, menurutmu itu kurang memuaskan.

Kira-kira apa yang membuatmu cinta? Aku tidak suka membaca buku seperti kamu. Aku juga tidak suka melakukan perjalanan menyeramkan. Bagiku naik gunung itu menyeramkan, asal kau tahu. Meski aku ingin sekali tahu bagaimana rasanya. Aku selalu membayangkan bagaimana repotnya buang air di alam terbuka, tidak mandi pula.

Kira-kira apa yang membuatmu cinta? Tempat tinggalku pun tidak seterkenal tempat tinggalmu. Jelas saja Jogjakarta lebih terkenal dibanding Pacitan yang hanyalah kota kecil dengan embel-embel "kota kelahiran Pak SBY". Tidak begitu dikenal di nasional, apalagi internasional. Orang lokal pun akan bertanya itu dimana? Aku sudah biasa mendapat pertanyaan itu.

Kira-kira apa yang membuatmu cinta? Agamaku pun belum begitu baik. Aku tidak sebaik dirimu dalam hal ini. Tidak serutin kamu membaca kitab suci. Tidak sepandai kamu menjaga pergaulan. Aku masih bersalaman dengan lawan jenis. Sementara kamu, begitu santun menjaga diri.
Aku tidak mengerti, kira-kira apa yang membuatmu cinta? Aku tidak lemah lembut. Aku keras kepala, kadang aku suka ngeyel, aku juga masih manja. Aku sakit-sakitan, jika kamu bersamaku, kamu akan repot mengurusku nantinya. Tidak bisa menemani perjalanan-perjalanan panjangmu.

Aku tidak tahu, kira-kira apa yang membuatmu cinta? Aku tidak suka kopi, tentu tidak bisa menemanimu minum kopi seperti keseharianmu. Lebih dari itu, aku mungkin tidak bisa menemanimu minum kopi kesukaanmu sambil membaca buku.
Ah, aneh, kira-kira apa yang membuatmu cinta? Lalu apa katamu tadi, “Aku tidak sedang mencari teman minum kopi atau membaca buku, tidak juga sedang mencari teman naik gunung. Aku mencari teman hidup di dunia dan akhirat. Seseorang yang bisa bersama menuju-Nya. Dan aku tidak peduli dengan yang selain itu”.

Aku tidak mengerti kata-katamu


untuk pria istimewa di kota istimewa

SENDIRI

Apa benar kau masih sendiri? Kudengar kabarnya ada nama yang kau sebut seusai sholatmu. Kudengar di luar sana mereka berlomba-lomba meraih perhatianmu. Satu per satu mengutarakan niatnya. Dan kudengar, tak satu pun dari mereka kau terima. Lantas siapa yang telah mengisi hatimu?

Apa benar kau masih sendiri? Kulihat kau begitu pandai menjaga diri. Kulihat kau begitu antusias mempersiapkan diri. Mencari ilmu dari beberapa buku, di lain waktu kau terlihat mengagumkan saat bermain dengan anak-anak. Kulihat tidak ada siapa-siapa di dekatmu.

Apa benar kau masih sendiri? Lantas siapakah orang yang sering kau sebut dalam doamu, bila tidak ada siapa-siapa disana? Apa yang membuatmu memiliki dinding begitu tinggi? Lalu kucari tau dari  teman dekatmu, siapa yang sedang kau tunggu? Mereka jawab, kehadiranku, benarkah?

Monday, April 21, 2014

MENITIP HARAPAN

Kau tau? Apa yang ditakutkan matahari selain mendung gelap? Mendung gelap menghalangi cahanya dan menutupi kecantikannya. 

Kau tau? Apa yang ditakutkan bulan purnama selain mendung gelap? Mendung gelap menghitamkan langit menjadi kelam.

Meniupkan angin dingin beserta kekhawatiran bahwa hujan akan menerobos ke celah-celah genting rumah. Meniupkan angin dingin di antara sela-sela pintu.

Kau tau? Apa yang ditakuti kepercayaan selain kebohongan? Rasa percaya yang pelan-pelan hilang oleh waktu. Hilang seperti air yang terknena panas matahari. Menguap menjadi butiran yang dihempaskan angin.

Kau tau? Apa yang ditakutkan rindu selain perpisahan? Menunggu waktu begitu lama hanya untuk memandang beberapa saat. Lalu waktu berikutnya seolah-olah tak ada kabar lagi.

Kau tau? Apa yang dibuat oleh harapan selain kehidupan? Harapan membuat setiap detik menjadi satu hitungan menuju impian. Asal kau tau bagaimana cara menyimpan harapan di hatimu. Ia akan membuatmu lepas dari ketakutan. Seperti rerumputan yang tetap berdiri tegak meski hujan badai.

Kau tau? Bagaimna menyimpan harapan? Titiplah padaku.

Friday, April 18, 2014

ADA SEJAK LAMA

Teruslah mencariku, karena aku tidak pernah sembunyi. Kamu hanya sedang menutup mata. Hanya sedang teralihkan perhatian.

Teruslah mencariku, karena aku akan duduk menunggu. Pada sajadah panjang yang membentang dari langit hingga bumi. Aku tidak pernah sembunyi, kamu hanya tidak berani.

Tidak berani datang hanya untuk mengenalkan diri. Tidak apa-apa, aku akan menunggu dengan buku-buku di tangan. Dan lembar-lembarnya adalah waktu yang telah aku habiskan.

Jangan pernah lelah mencariku, karena aku tidak akan kemana-mana. Kamu hanya perlu membuka diri, melihat dengan mata hati. Aku ada disini sejak lama. Menunggumu menyadari bahwa sebenarnya. Kamu terlalu jauh mencari.

KISAH LANGIT DAN BUMI


Bumi berusaha mengekalkan langit birunya. Tapi apa daya, langit bukanlah sosok yang bisa diikat begitu saja. Hubungan langit dan bumi selalu menarik. Kadang romantis, kadang menakutkan.

Kau tahu? Aku adalah bumi, dan kamu langitnya. Kamu sulit ditebak, berharap pagi yang cerah, ternyata mendung gelap. Berharap siang yang teduh, ternyata panas terik, tiba-tiba senjanya begitu cantik. Aku sulit memahamimu.

Bagaimana tidak? Kini langitmu bertabur bintang. Perasaanmu seperti teka-teki. Bagaimana aku tau bila kau tidak mengabarkannya terlebih dahulu? Belakangan ini kamu sering mendadak menangis. Padahal paginya begitu cerah ceria.

Apa yang membuatmu sedih? Aku akan menyediakan lautanku untuk menampung kesedihanmu. Aku bersedia menampung air matamu. Dan tidak masalah kau membuatku kering kerontang dengan panasmu. Aku akan tetap menjadi bumimu.

Aku hanya ingin tau beberapa hal, apa yang kau sembunyikan dibalik sana? Di langit malammu yang begitu banyak bintang. Aku tidak bisa menghitung banyaknya. Angin mengekalkan malam cerahmu tapi tidak mungkin. Bahkan langit birumu juga tidak bisa.

Mungkin hubungan kita akan tetap seperti ini. Nurut seperti air laut. Tentu membosankan, jika kau terus-menerus begini. Terimakasih telah menjadi langitku. Bagaimanapun sikapmu, aku akan selalu berteduh di bawahmu. Terimakasih telah melindungiku.

untuk seseorang,
yang perasaannya sulit ditebak
yang pandai bersandiwara dalam tawa
yang tangisnya tersamar rona wajah bahagia
yang kehadirannya selalu kudamba