Kira-kira apa yang membuatmu cinta? Aku penasaran ingin tahu.
Aku tidak baik, menurutku sih. Aku bulat, kata orang banyak begitu. Legam,
tidak lebih menarik dari wanita lain di luar sana. Aku tidak suka memakai
pakaian terkini. Aku lebih suka kesederhanaan. Aku, ya seperti ini, aku
berantakan.
Kira-kira apa yang membuatmu cinta? Aku tidak suka melihat pertandingan bola di
tengah malam. Berteriak kegirangan jika tim andalan mencetak gol. Melakukannya
disaat banyak orang tertidur. Untuk apa? Tapi katamu itu
menyenangkan. Bagiku, itu buang-buang waktu, lebih baik tidur lalu melihat
hasilnya di berita olahraga pagi harinya. Kemudian kau tidak setuju, menurutmu
itu kurang memuaskan.
Kira-kira apa yang membuatmu cinta? Aku tidak suka membaca buku seperti kamu. Aku
juga tidak suka melakukan perjalanan menyeramkan. Bagiku naik
gunung itu menyeramkan, asal kau tahu. Meski aku ingin
sekali tahu bagaimana rasanya. Aku selalu membayangkan bagaimana
repotnya buang air di alam terbuka, tidak mandi pula.
Kira-kira apa yang membuatmu cinta? Tempat tinggalku pun tidak seterkenal
tempat tinggalmu. Jelas saja Jogjakarta lebih terkenal dibanding Pacitan yang
hanyalah kota kecil dengan embel-embel "kota kelahiran Pak SBY". Tidak
begitu dikenal di nasional, apalagi internasional. Orang lokal pun
akan bertanya itu dimana? Aku sudah biasa mendapat pertanyaan itu.
Kira-kira apa yang membuatmu cinta? Agamaku pun belum begitu baik. Aku
tidak sebaik dirimu dalam hal ini. Tidak serutin
kamu membaca kitab suci. Tidak sepandai kamu menjaga pergaulan. Aku
masih bersalaman dengan lawan jenis. Sementara kamu,
begitu santun menjaga diri.
Aku tidak mengerti, kira-kira apa yang membuatmu cinta? Aku
tidak lemah lembut. Aku keras kepala, kadang aku suka ngeyel, aku juga masih manja. Aku
sakit-sakitan, jika kamu bersamaku, kamu akan repot mengurusku nantinya. Tidak
bisa menemani perjalanan-perjalanan panjangmu.
Aku tidak tahu, kira-kira apa yang membuatmu cinta? Aku tidak suka kopi, tentu
tidak bisa menemanimu minum kopi seperti keseharianmu. Lebih dari itu, aku
mungkin tidak bisa menemanimu minum kopi kesukaanmu sambil membaca buku.
Ah, aneh, kira-kira apa yang membuatmu cinta? Lalu apa
katamu tadi, “Aku tidak sedang mencari
teman minum kopi atau membaca buku, tidak juga sedang mencari teman naik
gunung. Aku mencari teman hidup di dunia dan akhirat. Seseorang yang bisa
bersama menuju-Nya. Dan aku tidak peduli dengan yang selain itu”.
Aku tidak mengerti kata-katamu
untuk pria istimewa di kota
istimewa