Sebagai manusia, sebagai
makhluk yang lengkap dengan akal dan hawa nafsunya, akalku sering
bertanya-tanya sendiri, mengapa saat mencintai-Mu aku tidak bisa menjadi baik,
setidaknya bertindak sok-baik? Sebagaimana kala aku merasa tertarik dengan
manusia yang berbeda jenis kelamin denganku. Kala aku tertarik, segala upaya
untuk menjadi ‘terlihat baik’ aku lakukan.
Bahkan aku pura-pura
mendekati rumah-Mu agar terlihat baik. Pura-pura membaca surat-surat-Mu agar
terlihat soleh. Aku tiba-tiba menjadi baik, rajin mandi, rajin beribadah.
Didekatnya pun aku tampak ingin menyempurnakan segala tingkah laku dan
bicaraku. Menghalus-haluskan tutur kata, melemah lembutkan perbuatan.
Memberikan perhatian atau mungkin lebih tepatnya mencari-cari perhatian.
Kala hatiku berkata aku
mencintainya, aku berbuat sedemikian rupa kepadanya. Berusaha menjadi
sebaik-baiknya manusia di depannya. Hari ini, aku menanyakan keadaanku sendiri.
Apa aku tidak benar-benar
mencintai-Mu, meski mulutku berkoar-koar menyuarakan nama-Mu?
Berbicara atas nama-Mu di
jalan-jalan. Mengagung-agungkan nama-Mu di dalam tulisan-tulisan. Lepas dari
itu, aku tidak pernah berusaha tampil baik di hadapan-Mu. Shalatku seperti
olahraga pagi, cepat sekali. Bacaanku seperti mengeja huruf paku, tidak jelas
dan sedikit ngawur. Aku bertanya-tanya pada diriku sendiri.
Ketika menghadapmu aku
berpakaian seadanya, mandi dulu pun tidak. Berbeda ketika hendak bertemu
dengannya. Berpakaian sedemikian rapi, wangi pula. Terlihat stylish sepanjang
hari meski matahari terik atau hujan. Hari ini aku bertanya-tanya,
Apa aku (sungguh) benar-benar
mencintai-Mu?
Sementara aku tahu, Kau
begitu mencintaiku. Iya kan?
No comments:
Post a Comment