Monday, June 30, 2014

Marhaban Ya Ramadhan

Puasa sudah menginjak hari ke-2. Wah mungkin sedikit latepost. Seperti yang kita semua tau, bahwa bulan puasa/ramadhan ini adalah bulan yang penuh berkah. Mungkin juga kesempatan untuk memperbaiki diri, menimbun pahala, menjadi pribadi baru yang lebih baik, dll. 

Banyak banget orang yang tiba-tiba inshaf, tiba-tiba rajin, biasanya sholatnya bolong2 jadi udah full 5 waktu, biasanya baca Al-Qur’an cuma selembar, jadi sejuz. Positif memang, walaupun kalo udah mendekati lebaran, mushola yang tadinya penuh jadi tinggal satu atau dua shaf, gara-gara waktu tarawih yang jelas2 berkah digantikan untuk belanja baju atau makanan buat lebaran.

Miris memang, tapi ya begitulah Indonesia. Gue mau kasih tau sesuatu, tapi sebelumnya minta maaf banget soalnya telat. Jadi gini, awal puasa atau hari pas pertama kali mau shalat tarawih, pas adzan maghrib kita lebih baik sujud syukur dan mengucapkan “Alhamdulillah, Marhaban ya Ramadhan”. Barangsiapa yang melakukan ini maka haram api neraka menyentuh kulitnya. Subhanallah.. 

Gue tau ini waktu liat acara “Sentil” di trans TV. Kebetulan waktu itu bintang tamunya Ustad Maulana. Buat kalian yang udah tau dan sudah melakukannya ya Alhamdulillah, buat kalian yang belum tau makanya gue kasih tau dan gue berharap kalian ngelakuinnya di bulan puasa tahun depan. Semoga kita masih diberi umur panjang dan bisa dipertemukan dengan bulan ramadhan tahun 2015.

Ngomong2 soal puasa, gue atas nama pribadi minta maaf kalo ada salah sama kalian para pembaca, baik itu salah ketik, atau kata-katanya gak sesuai, atau apapun itu baik yang disengaja maupun tidak, pokoknya mohon maaf lahir dan batin ya semua.

Friday, June 20, 2014

UNFORGETABLE MOMENT FOR 9D


Big day for 9D akhirnya berlalu. Gue tau kalian semua yang baca ini pasti bingung “big day apaan?” kecuali anak-anak 9D. 

Jadi gini, gue duduk di bangku kelas 9, tepatnya 9D, sekarang udah lulus. Nah di akhir tahun ajaran kan kalo kelas 9 pasti ngadain acara perpisahan, semua anak kelas 9 dituntut untuk menunjukkan suatu tontonan yang spektakuler dimana murid dari kelas itu terlibat di dalamnya. Dikasih waktu maksimal 10 menit. Dan itu dari kelas 9A sampai 9I, total 9 kelas. 

Well, setelah melalui beberapa perundingan yang setengah kaya bertengkar, akhirnya kita memutuskan untuk menampilkan perkusi. Langsung cari pelatihnya. Awalnya nih rencana kita pengen dilatih sama yang namanya Mas Tegar, katanya beliau cukup pintar dalam bidang ini. TAPI, Mas Tegar nya gak bisa ngelatih atau gak tau kenapa yang jelas kita dipasrahin sama temennya yaitu Mas Kenzop, Rimang, dan Kacir. Cukup unik bukan namanya?

Waktu itu sempet agak rumit juga sih, soalnya kelas 9G juga latihan disitu dan perkusi juga. Mau gak mau kita harus agak elus dada, soalnya pelatihnya kan juga manusia pasti juga punya capek, jadi mereka ngelatih kita kurang maksimal juga, tapi kita memakluminya kok, lagian juga masih awal-awal kan bakat-bakat terpendam kita juga belum muncul.

Setelah beberapa hari, akhirnya gak tau kenapa, gak tau mulainya kapan, tiba-tiba pokonya kita dilatih sama Mas Kacir. Mas Kacir ini baru lulus SMA, tapi wawasannya soal perkusi udah lumayan jago. Yaudah kita akhirnya cari tempat latihan sendiri demi menghindari kericuhan , keruwetan, dan kegadokan. Tempatnya mulai dari di halaman Dinas Kelautan dan Perikanan, sampai di depan kontrakan milik saudaranya Bila. Tapi kita enjoy. Oh iya, setelah beberapa kali latihan, akhirnya ditambahkanlah unsur drama dalam perkusi kita, jadi jatohnya lebih kaya opera. Judulnya “Gimen Ojo Lali” (Gimen Jangan Lupa).

Semua anak 9D megang peran disini. Jimbe diambil alih oleh Nuqya, Hafizh, dan Waffiq. Floor & Kendang oleh Fanny. Galon oleh Ikal, Wawan, dan Wawi. Drem oleh Kidung dan Rizal. Tom oleh Uzi. Kentongan oleh Kannya. Marakas oleh Vira (jujur ya ini anak pegangannya enak banget). Belira oleh Bila. Suling oleh Axel. Gue sendiri bawa ember bersama dengan keempat teman gue namanya Tata, Ninda, Citra, dan Dea. Agak sebel juga sih di posisi ini, soalnya kalo pelatihnya manggil, manggilnya bukan nama, tapi alat kita. Jadi bisa dibayangin gak gimana perasaan lo kalo dipanggil “mber ember” ? jleb. Bagian drama diperankan oleh Avif (Gimen), Gaby, Adji, Yada, Anne, Ersa, Sinta, Putri, dan Nimas.

Latihan diwarnai banyak momen tak terduga, ada yang cinlok, ada yang mesra-mesraan tanpa status ehm, ada yang waktu itu katanya pelatihnya gak jadi daftar kuliah cuma demi kita, yaampun drama banget, tapi akhirnya daftar juga kok, pokoknya banyak banget deh. Seru, asik, soalnya kan umur pelatihnya gak tua-tua banget jadi kita leluasa mau bercengkerama, gak canggung, orangnya juga humoris, dan yang paling penting kita saling ngertiin. Pelatihnya ngertiin kita kalo kita udah mulai capek, bosen, pengen bercanda. Dan sebaliknya, kita juga ngertiin mana waktunya fokus serius, mana waktunya bercanda gila-gilaan. Pokoknya kita klop abis.

Setelah latihan kurang lebih 2 minggu, saat yang ditunggu-tunggu pun tiba, 14 Juni 2014. Kita menargetkan tampil semaksimal dan sebagus mungkin. Emang sih bukan lomba atau gimana, tapi karena ini persembahan terakhir seenggaknya kita harus menampilkan yang terbaik, yang awesome, yang cetar kalo kata Syahrini. Persiapan dimulai dari jam 5 pagi. Jadi jam 5 pagi kita udah di kelas dan make up wajah, kostum, dll. Make up nya gak dibikin cantik atau ganteng melainkan dibikin gesrek, tapi keren. Alhamdulillah nya, kita dikasih tampil di tengah-tengah acara, pas penontonnnya banyak, pas kepala sekolah sama pak pak dinas pendidikan udah dateng. Udah yakin bakalan keren. 

Waktu nunggu giliran tampil, lumayan deg-degan sih, tapi yaudah dibawa santai. Sebelum naik panggung, kita doa bersama dulu biar semua lancar. Setelah doa, kita naik panggung. Kita main. Semua fokus sama alat masing-masing. Sesekali liat ke arah penonton, waktu itu gue liat kepsek ketawa, ada guru yang ngerekam dari awal sampai akhir. Muka orang tua siswa ada yang bengong, entah bengong takjub atau bengong yang lain, ada yang senyum, ada yang ketawa, macem-macem lah ekspresi mereka. Kita udah selesai, dan tepuk tangan penonton yang meriah serta sumringah di wajah mereka membayar kerja keras kita selama ini. Lega.

Selesai tampil, kita buru-buru hapus make up, soalnya abis tampil harus pake seragam terus duduk di samping orang tua. Komentar pelatih, memuaskan, katanya kita tampil bagus banget lah intinya, dramanya juga keren abis yang main, semua seneng. Tapi sebenernya ada yang lebih bikin deg-degan , yaitu pengumuman kelulusan. Kita duduk, terus dengerin beberapa sambutan sama penampilan dari adik-adik kelas. Cukup lumutan sih, tapi akhirnya waktunya tiba juga, kepsek ngumumin kalo kita 100% LULUS. Wah bener-bener lega dan bersyukur. Hari itu emang gak bisa dilupain, wajib dikenang.

Gumawo.

Wednesday, June 18, 2014

MUNGKIN KAMU ORANGNYA (by: Kurniawan Gunadi)

Aku sedang mencari seseorang, seseorang di jaman seperti ini yang berfikir mencari sesuap nasi harusnya dengan cara yang terhormat. Seseorang yang berfikir bahwa merokok adalah aktifitas yang merusak dan tidak mengharapkan dirinya serta keluarga kecilnya melakukannya.

Aku sedang mencari seseorang, seseorang yang di jaman seperti ini mau sedikit repot berpakaian rapi. Menutup setiap tubuhnya dengan rapi, bertemu Tuhan jauh lebih rapi daripada bertemu pejabat negara. Seseorang yang mau melindungi kecantikannya, meski ia ingin sekali memperlihatkannya.

Aku sedang mencari seseorang, seseorang yang di jaman seperti ini masih percaya bahwa Tuhan ada. Keadannya tidak disangkal oleh apapun. Diimaninya dengan sepenuh hati. 

Aku sedang mencari seseorang, seseorang yang di jaman seperti ini menjada dirinya dari lawan jenisnya. Seseorang yang enggan pacaran. Seseorang yang dalam diamnya seperti singa, tidak satu pun yang bernani mengganggu sebab kehormatannya.

Aku sedang mencari seseorang, seseorang yang di jaman seperti ini paham bahwa pendidikan adalah penting. Ilmu pengetahuan adalah penting. Seseorang yang menjadi pembelajar dalam banyak hal.

Aku sedang mencari seseorang, seseorang yang sendirian. Tidak mungkin kan aku mencari seseorang yang telah bersama? Seseorang yang sedang mencari takdirnya. Tidak selalu harus paham agama setinggi langit, pandai memasak racikan seluruh nusantara, bergelar ini dan itu. Namun, seseorang yang di jaman seperti ini mengerti bahwa menjadi ibu adalah tugas yang mulia untuk dirinya.

Aku sedang mencari seseorang. Mungkin, kamu orangnya?

Wednesday, June 11, 2014

TUHAN TIDAK AKAN PERNAH TINGGAL DIAM

Karena diam adalah bahasa yang hanya bisa dipahami dengan hati. Hanya hati yang jernih yang bisa melihat diam sebagai sebuah puisi indah. Sebagai sajak panjang dalam malam-malam sunyi. 

Karena diam adalah bahasa yang hanya dipahami oleh diri sendiri dan Tuhan. Memilih diam adalah memilih bercakap dengan diri sendiri. Dan hanya Tuhan yang tau. Oleh karena itu aku memilih diam. 

Sebab aku tau Tuhan tidak akan pernah diam saja. Dia berbuat sesuatu dan aku tidak tau. Tapi aku selalu tau bahwa Dia tidak sekali pun berniat buruk terhadapku. 

Karena diam adalah bahasa yang selama ini disampaikan bumi kepada langit, hujan kepada tanah, angin kepada pucuk-pucuk bunga, tanah kepada akar pohon, malam kepada pagi.

Dan kini, diam adalah bahasa yang aku sampaikan kepadamu. Sebab alam mengajarkan cinta dalam diamnya, memelihara cinta dalam diamnya, memanjatkan cinta dalam bahasanya. Sebab semesta mengajarkan kasih sayang dalam diamnya, mengajarkan keindahan dalam heningnya, dan ketenangan selalu berhubungan dengan keheningan. 

Tidak perlu banyak bicara dan banyak tingkah untuk mengungkapkan bahasa ini. Sebab, telah aku tau bahwa meski diam, Tuhan tidak akan diam saja.

Sunday, June 8, 2014

HUJAN MATAHARI

Aku akan menjadi hujan bila kamu mau. Yang turunnya bisa kamu hendaki sesuka hatimu. Yang bentuknya bisa kamu pilih sendiri, gerimis kecil, hujan sedang, atau badai petir. Aku akan menjadi hujan sesuka hatimu, termasuk kapanpun kamu ingin hujan berhenti.

Aku akan menjadi matahari bila kamu mau. Yang hangatnya bisa kamu hendaki sesuka hati. Bila butuh terik untuk mengeringkan jemuran bajumu, aku akan bersinar sepanjang hari. Bila kamu butuh hangat, aku akan menjadi seperti matahari sore hari.

Yang tidak bisa aku lakukan adalah menjadi matahari dan hujan dalam satu waktu. Tapi, ada satu cara agar hujan dan matahari bisa memberi kesan. Bagaimana jika pada suatu sore hari aku akan menjadi hujan gerimis yang tiba-tiba reda dan aku segera menjadi matahari yang bersinar terik. Aku akan membuatkan untukmu sebuah pelangi.

Dari balik kaca yang melindungimu dari udara luar. Akan aku pilih tempat terbaik untuk membuat pelangi, yang kamu tak perlu keluar rumah untuk melihatnya. Cukup melihatnya dibalik kaca jendela kamarmu.

Sayangnya, aku harus memberi tahumu satu hal yang menyedihkan. Pelangi tidak akan bisa bertahan lama. Dan aku harus segera pergi. Untuk menemanimu, aku akan menjadi hujan malam ini.

Friday, June 6, 2014

SEBELUM KITA BERTEMU

Dulu, sebelum kita bertemu. Kita hanya duduk sendiri-sendiri. Seperti dua sungai yang mengalir tak kunjung bertemu di muara. Seperti malam dan siang yang dipisahkan. Meski dalam bumi yang sama.

Sebelum kita bertemu. Kita hanya duduk sendiri berjauhan. Saling mencari tahu. Berdiam diri satu sama lain. Meski ada tempat duduk kosong di samping kita masing-masing. Kita memilih duduk sendiri-sendiri.

Tidak ada kata yang keluar. Tidak ada sapa yang terdengar. Kita asing dalam jarak yang dekat. Kita tidak saling kenal. Kita tidak saling tahu satu sama lain. Siapa kamu dan untuk apa kamu di situ. Apa yang sedang kamu tunggu.

Sampai pada saat kereta yang sama tiba. Kereta yang membawa kita ketujuan yang sama. Kita duduk bersebelahan. Dan kamu malu-malu membuka perkenalan. Kau tahu? Ku kira perjalanan ini tidak akan ada pembicaraan. Kita akan tetap saling diam. Terima kasih telah membuka pembicaraan. Karena aku malu menyapamu duluan.

Aku paham. Tujuan yang sama akan mempertemukan orang-orang dalam perjalanan.

Thursday, June 5, 2014

Mencintai-Mu

Sebagai manusia, sebagai makhluk yang lengkap dengan akal dan hawa nafsunya, akalku sering bertanya-tanya sendiri, mengapa saat mencintai-Mu aku tidak bisa menjadi baik, setidaknya bertindak sok-baik? Sebagaimana kala aku merasa tertarik dengan manusia yang berbeda jenis kelamin denganku. Kala aku tertarik, segala upaya untuk menjadi ‘terlihat baik’ aku lakukan.

Bahkan aku pura-pura mendekati rumah-Mu agar terlihat baik. Pura-pura membaca surat-surat-Mu agar terlihat soleh. Aku tiba-tiba menjadi baik, rajin mandi, rajin beribadah. Didekatnya pun aku tampak ingin menyempurnakan segala tingkah laku dan bicaraku. Menghalus-haluskan tutur kata, melemah lembutkan perbuatan. Memberikan perhatian atau mungkin lebih tepatnya mencari-cari perhatian.

Kala hatiku berkata aku mencintainya, aku berbuat sedemikian rupa kepadanya. Berusaha menjadi sebaik-baiknya manusia di depannya. Hari ini, aku menanyakan keadaanku sendiri.
Apa aku tidak benar-benar mencintai-Mu, meski mulutku berkoar-koar menyuarakan nama-Mu?

Berbicara atas nama-Mu di jalan-jalan. Mengagung-agungkan nama-Mu di dalam tulisan-tulisan. Lepas dari itu, aku tidak pernah berusaha tampil baik di hadapan-Mu. Shalatku seperti olahraga pagi, cepat sekali. Bacaanku seperti mengeja huruf paku, tidak jelas dan sedikit ngawur. Aku bertanya-tanya pada diriku sendiri. 

Ketika menghadapmu aku berpakaian seadanya, mandi dulu pun tidak. Berbeda ketika hendak bertemu dengannya. Berpakaian sedemikian rapi, wangi pula. Terlihat stylish sepanjang hari meski matahari terik atau hujan. Hari ini aku bertanya-tanya,

Apa aku (sungguh) benar-benar mencintai-Mu?
Sementara aku tahu, Kau begitu mencintaiku. Iya kan?