Sunday, January 12, 2014

Aku Mencintaimu Diam-Diam

Sejak awal aku melihatmu, aku merasa ada rasa aneh dalam hatiku. Kuperhatikan terus menerus sosokmu yang kian lama kian lekat di kepalaku. Lucu, entah mengapa semenjak itu aku mulai mencari semua yang berkaitan dengan dirimu. Tempat tinggalmu, akun jejaring sosialmu, dan semua yang berkaitan tentang dirimu. Beda, itu yang kurasakan. Kamu hadir membawa banyak perubahan dalam hari-hariku. Kamu mewarnai hitam-putih hidupku dengan mengisi ruang kosong di hatiku.

Layaknya mentari sedang menyinari bunga-bunga bermekaran, yang tak menyentuh sama sekali, tapi sinarnya sangat terasa bagi kuntum-kuntum bunga bermekaran itu. Begitu juga dengan kamu, kamu tak pernah melaukan sesuatu terhadap diriku. Tapi kau tau? Dengan kau menorehkan senyum tipis di bibirmu saja, aku sudah merasa bahagia. Aku juga ikut tersenyum, diam-diam. Meskipun senyummu tak tertuju untukku. 

Kita memang tak saling mengenal. Aku mengenalmu, tapi kamu? Mengenaliku? Mustahil. Tangan kita tak pernah saling menjabat untuk menyimbolkan bahwa kita sedang berkenalan. Jangankan berkenalan, kamu melihatkupun jarang. Aku memang bukan perempuan yang menarik, dibandingkan gadis-gadis yang lainnyapun, mungkin aku tidak ada apa-apanya. Maka dari itu, aku hanya bisa memperhatikanmu diam-diam dari kejauhan. Kurasa itu lebih baik. Kamu berbeda dengan laki-laki yang lain. Kamu tenang. Ketenanganmu membuatku sering termenung. Termenuh dalam indahnya akhlakmu, termenung dalam manisnya lisanmu, termenung dalam tenangnya pandanganmu semuanya kurasa sempurna. 

Berawal dari hanya ketertarikan semata, aku sering merasa takut. Takut kehilanganmu. Tak melihatmu sebentar saja, aku dihajar rasa rindu. Aku berusaha untuk memahami apa yang kurasakan, hingga aku menyadari bahwa aku, jatuh cinta. Tentu saja, jatuh cinta diam-diam. Pernah terlintas di fikiranku, aku tertarik padamu saja itu diam-diam. Apa iya aku mencintaimu harus secara diam-diam juga? Cemennya aku, aku tak berani mengungkapkan perasaan yang hanya butuh keberanian kecil ini di depanmu. 

Di depanmu? Mengungkapkan perasaan? Lewat di depanmu saja rasanya seperti ada perang dihatiku, hingga membuat hatiku berdegup sangat kencang, kakiku gemetar dan wajahku memucat. Aku seorang perempuan, yang menurut banyak orang tak berhak menungkapkan perasaan lebih dulu. Aku tak ingin dianggap sebagai perempuan yang agresif. Itu alasan mengapa aku terus menerus memendam perasaan ini. Tapi aku bahagia jika harus mencintaimu diam-diam, karena aku lebih bisa menikmati cinta yang tulus ini. 

Menyapamu dalam setiap doaku dan menyebutmu dalam setiap hamparan sajadahku saja, itu sudah cukup. Aku bertahan, bertahan jika suatu saat aku melihatmu bersama wanita lain. Karena aku pun tak berhak marah di depanmu. Memangnya siapa aku ini? Kekasihmu? Bodoh. Muncul di mimpimu saja aku sudah sangat bersyukur. Mungkin aku hanya akan menangis dan menyesali kebisuan hatiku. Hingga aku lelah mencintaimu diam-diam. Hingga aku lelah menanti hatimu yang tak kunjung peka. Tapi sejatinya, aku sangat memimpikan perkenalan kita, agar kamu sadar bahwa aku, mencintaimu.

2 comments: