Sejak awal aku melihatmu, aku merasa ada rasa aneh dalam
hatiku. Kuperhatikan terus menerus sosokmu yang kian lama kian lekat di kepalaku.
Lucu, entah mengapa semenjak itu aku mulai mencari semua yang berkaitan dengan
dirimu. Tempat tinggalmu, akun jejaring sosialmu, dan semua yang berkaitan
tentang dirimu. Beda, itu yang kurasakan. Kamu hadir membawa banyak perubahan
dalam hari-hariku. Kamu mewarnai hitam-putih hidupku dengan mengisi ruang
kosong di hatiku.
Layaknya mentari sedang menyinari bunga-bunga bermekaran,
yang tak menyentuh sama sekali, tapi sinarnya sangat terasa bagi kuntum-kuntum
bunga bermekaran itu. Begitu juga dengan kamu, kamu tak pernah melaukan sesuatu
terhadap diriku. Tapi kau tau? Dengan kau menorehkan senyum tipis di bibirmu
saja, aku sudah merasa bahagia. Aku juga ikut tersenyum, diam-diam. Meskipun
senyummu tak tertuju untukku.
Kita memang tak saling mengenal. Aku mengenalmu, tapi
kamu? Mengenaliku? Mustahil. Tangan kita tak pernah saling menjabat untuk menyimbolkan
bahwa kita sedang berkenalan. Jangankan berkenalan, kamu melihatkupun jarang.
Aku memang bukan perempuan yang menarik, dibandingkan gadis-gadis yang
lainnyapun, mungkin aku tidak ada apa-apanya. Maka dari itu, aku hanya bisa
memperhatikanmu diam-diam dari kejauhan. Kurasa itu lebih baik. Kamu berbeda
dengan laki-laki yang lain. Kamu tenang. Ketenanganmu membuatku sering
termenung. Termenuh dalam indahnya akhlakmu, termenung dalam manisnya lisanmu,
termenung dalam tenangnya pandanganmu semuanya kurasa sempurna.
Berawal dari hanya ketertarikan semata, aku sering merasa
takut. Takut kehilanganmu. Tak melihatmu sebentar saja, aku dihajar rasa rindu.
Aku berusaha untuk memahami apa yang kurasakan, hingga aku menyadari bahwa aku,
jatuh cinta. Tentu saja, jatuh cinta diam-diam. Pernah terlintas di fikiranku,
aku tertarik padamu saja itu diam-diam. Apa iya aku mencintaimu harus secara
diam-diam juga? Cemennya aku, aku tak berani mengungkapkan perasaan yang hanya
butuh keberanian kecil ini di depanmu.
Di depanmu? Mengungkapkan perasaan? Lewat di depanmu saja
rasanya seperti ada perang dihatiku, hingga membuat hatiku berdegup sangat
kencang, kakiku gemetar dan wajahku memucat. Aku seorang perempuan, yang
menurut banyak orang tak berhak menungkapkan perasaan lebih dulu. Aku tak ingin
dianggap sebagai perempuan yang agresif. Itu alasan mengapa aku terus menerus
memendam perasaan ini. Tapi aku bahagia jika harus mencintaimu diam-diam,
karena aku lebih bisa menikmati cinta yang tulus ini.
Menyapamu dalam setiap doaku dan menyebutmu dalam setiap
hamparan sajadahku saja, itu sudah cukup. Aku bertahan, bertahan jika suatu
saat aku melihatmu bersama wanita lain. Karena aku pun tak berhak marah di
depanmu. Memangnya siapa aku ini? Kekasihmu? Bodoh. Muncul di mimpimu saja aku
sudah sangat bersyukur. Mungkin aku hanya akan menangis dan menyesali kebisuan
hatiku. Hingga aku lelah mencintaimu diam-diam. Hingga aku lelah menanti hatimu
yang tak kunjung peka. Tapi sejatinya, aku sangat memimpikan perkenalan kita,
agar kamu sadar bahwa aku, mencintaimu.
Daleeem :'(
ReplyDeleteHehe thankyou. Don't be sad:)
ReplyDelete