Sore tadi saya menemani keponakan saya ke minimarket. Berhubung saya tipe
orang yang super males diajak muter-muter belanja, saya memutuskan menunggu di
depan sambil duduk di atas motor. Kebetulan minimarket ini dekat dengan lampu
merah, jadi cukup ramai saat itu.
Perhatian saya tertuju ke seorang laki-laki, lebih tepatnya anak sekolah
seumuran saya yang nampaknya baru pulang sekolah, memakai salah satu seragam
SMA yang cukup terkenal di kota saya saat itu. Sayangnya ada satu hal yang
merusak penampilannya saat itu, yaitu sebatang rokok di tangannya yang ia hisap
beberapa kali sambil menunggu lampu hijau. Yang ada di pikiran saya waktu itu
adalah; dia nakal.
Kemudian saya alihkan pandangan saya ke handphone.
Mengecek beberapa media sosial, hitung-hitung mengusir kebosanan. Sekitar 2
menit saya main hp, tiba-tiba ada motor yang parkir tepat di samping motor
saya. Setelah saya tengok, ternyata laki-laki itu. Iya, laki-laki yang barusan
saya ceritakan. Dia lepas helm, turun dari motor, kemudian
"Mbak saya boleh
minta tolong?"
"Saya?"
"Iya kan saya liatnya ke sampean"
"Minta tolong apa, Mas?"
"Tolong jagain motor saya bentar aja. Saya mau ke seberang."
"Saya?"
"Iya kan saya liatnya ke sampean"
"Minta tolong apa, Mas?"
"Tolong jagain motor saya bentar aja. Saya mau ke seberang."
Saya agak kaget juga, kenapa harus ke saya? Maksudnya, di tempat itu ada tukang parkir. Dan sebenarnya ya tinggal parkir aja, ditinggal bentar, pas balik bayar ke tukang parkir, selesai. Apa jangan-jangan dia tau
kalau tadinya saya ngomongin dia dalam hati?
"Loh lha Mas nya
mau kemana? Soalnya bentar lagi saya mau pulang"
"Bentar aja kok, saya mau ke seberang bentar."
"Ee gimana ya Mas"
"Bentar aja beneran.."
"Yaudah saya jagain motornya."
"Makasih ya, beneran kok cuma bentar."
"Iya"
"Ee gimana ya Mas"
"Bentar aja beneran.."
"Yaudah saya jagain motornya."
"Makasih ya, beneran kok cuma bentar."
"Iya"
Karena ekspresi wajahnya menunjukkan "beneran cuma sebentar" , oke deh saya jagain. Saya kira dia mau beli rokok atau sesuatu di seberang jalan. Tapi ternyata dugaan saya salah.
Saya lihat dia menghampiri sepasang kakek nenek yang sudah cukup renta, kelihatannya mau menyeberang jalan tapi kesulitan. Tidak ada satu kendaraan pun yang mau ngalah buat berhenti atau minimal pelan dan kasih kesempatan si kakek nenek ini untuk menyeberang. Sampai datanglah si laki-laki yang saya tidak tau namanya itu untuk membantu mereka. Such a good person.
Berhasil lah mereka nyeberang dan mereka berhenti di depan
minimarket tempat saya nunggu keponakan dan jagain motor laki-laki itu.
Tiba-tiba laki-laki itu membuang rokok yang menurut saya masih terlalu panjang untuk
dibuang. Sebenci-bencinya saya ke asap rokok, saya lebih benci sama orang yang
suka mubazir. Saat itu saya refleks bilang "Loh?" lalu
dia hanya mengangkat kedua alisnya ke arah saya.
Setelah buang rokok, dia sedikit berbincang dengan kakek nenek ini. Tidak bermaksud menguping, karena nada suara mereka cukup keras, sehingga saya tau apa yang diperbincangkan. Ternyata beliau ini habis jual sesuatu kaya semacem jamu yang cuma ada di daerah mereka, mereka jual ke pasar, dan waktu itu mereka mau pulang. Daerah beliau ini cukup jauh dari kota. Lalu si laki-laki ini langsung mencari-cari angkutan umum untuk mereka pulang, dan itu cukup lama karena udah terlalu sore juga, jadi angkutan udah mulai jarang. Tapi alhamdulillah akhirnya ketemu satu angkutan yang rencananya melewati daerah rumah kakek nenek ini. Alhasil si kakek dan nenek bisa pulang naik angkutan, dengan tidak lupa bilang makasih ke laki-laki itu.
Satu hal yang saya sadari saat itu adalah: oh jadi itu tadi dia buang rokoknya biar sopan pas tanya/ngomong sama si kakek.
Dan saya juga sempet geregetan sama diri saya sendiri karena lagi-lagi saya menilai orang hanya dari tampilan luarnya.
Lalu laki-laki itu
menghampiri saya,
"Makasih udah jagain motor saya."
"Iya sama-sama."
"Makasih juga udah mau bantuin nyari kendaraan."
"Iya sama-sama kok."
"Maaf lumayan lama, tadi saya bilangnya bentar."
"Nggak pa pa, Mas. Lagian saya juga belum pulang ternyata."
"Iya"
"Tapi kayaknya sampean kudu bayar parkir deh, ada tukang parkirnya dari tadi ngeliatin."
"Oh iya iya"
Dia hampirin tukang parkir, kasih uang. Terus balik lagi ke motornya.
"Rumahnya deket? Kok saya liat ga pake helm?"
"Iya kebetulan deket."
"..."
Masih hening.
"Oiya dari tadi kita Mbak Mas terus, nama kamu siapa?"
"Iya aku Septiana panggil Septi aja"
Di sela-sela, kakak keponakan saya udah selesai belanja, dan langsung ngajak pulang.
"Yaudah saya balik duluan, udah selesai belanjanya."
"Oh iya, makasih ya sekali lagi, saya juga mau pulang"
"Iya sama-sama."
Motor udah mau jalan, tiba-tiba dia bilang,
"Oh iya Sep, nama
saya Fano. Salam kenal."
Kok saya tadi nggak kepikiran ya kalo pas kenalan ternyata dia belum nyebutin nama. Oh
jadi namanya Fano.
"Iya Fano, salam kenal."