Untuk kamu,
Selama ini aku udah cukup
sabar untuk tetap ada di sisi kamu, sampai detik ini. Dampingin kamu disaat
suka maupun duka. Aku bersedia jadi sandaran waktu kamu lagi down. Aku selalu
siaga buat ngehibur kamu waktu kamu sedih yg kadang aku gatau apa sebabnya.
Bahkan, aku rela jadi tembok putih yg akhirnya penuh dengan coretan luapan
amarahmu dengan nama lain aku adalah media pelampiasan. Tapi kamu nggak pernah
sekalipun sekedar mempertanyakan keadaanku, apakah aku baik-baik saja? Kamu egois.
Kamu memang beberapa bulan
lebih tua dari aku. Namun gak berarti aku gak tau apa-apa. Aku diam, karena aku
masih sabar, masih ingin jadi orang yang kau butuhkan dan kau anggap. Masih
ingin minimal jadi bagian dari hidup kamu. Tapi sikap kamu gak manis lagi kaya
dulu sewaktu awal kita saling memuji satu sama lain, gak sehangat waktu kita
berbincang dan saling menatap. Aku rindu, rindu saat-saat dulu.
Kamu yang aku kenal
sekarang, adalah kamu yang berbeda. Kamu yang dingin, kamu yang acuh, kamu yang
egois, kamu yang overprotektif, kamu yang tidak memakai topeng lagi. Setebal apakah
topengmu, sehingga dengan bodohnya aku gak bisa membaca sifatmu yang sebenarnya
dari awal?
Bayangan kamu makin
samar-samar, sulit buat aku raih. Aku nyerah, aku gak mau lebih sakit, gak mau
kamu ngerasa terbebani karena aku. Maaf
kalau aku tak menjadi tembok yang kokoh, maaf kalau aku kurang berguna untukmu,
maaf kalau aku terlalu merepotkanmu. Aku pergi, dan mungkin tak akan pernah
kembali.
No comments:
Post a Comment