Sunday, February 9, 2014

Finally...

Untuk kamu, 

Selama ini aku udah cukup sabar untuk tetap ada di sisi kamu, sampai detik ini. Dampingin kamu disaat suka maupun duka. Aku bersedia jadi sandaran waktu kamu lagi down. Aku selalu siaga buat ngehibur kamu waktu kamu sedih yg kadang aku gatau apa sebabnya. Bahkan, aku rela jadi tembok putih yg akhirnya penuh dengan coretan luapan amarahmu dengan nama lain aku adalah media pelampiasan. Tapi kamu nggak pernah sekalipun sekedar mempertanyakan keadaanku, apakah aku baik-baik saja? Kamu egois.

Kamu memang beberapa bulan lebih tua dari aku. Namun gak berarti aku gak tau apa-apa. Aku diam, karena aku masih sabar, masih ingin jadi orang yang kau butuhkan dan kau anggap. Masih ingin minimal jadi bagian dari hidup kamu. Tapi sikap kamu gak manis lagi kaya dulu sewaktu awal kita saling memuji satu sama lain, gak sehangat waktu kita berbincang dan saling menatap. Aku rindu, rindu saat-saat dulu.

Kamu yang aku kenal sekarang, adalah kamu yang berbeda. Kamu yang dingin, kamu yang acuh, kamu yang egois, kamu yang overprotektif, kamu yang tidak memakai topeng lagi. Setebal apakah topengmu, sehingga dengan bodohnya aku gak bisa membaca sifatmu yang sebenarnya dari awal? 

Bayangan kamu makin samar-samar, sulit buat aku raih. Aku nyerah, aku gak mau lebih sakit, gak mau kamu ngerasa terbebani karena aku.  Maaf kalau aku tak menjadi tembok yang kokoh, maaf kalau aku kurang berguna untukmu, maaf kalau aku terlalu merepotkanmu. Aku pergi, dan mungkin tak akan pernah kembali.

No comments:

Post a Comment