Namanya Hujan dan Matahari. Anak-anak pertama yang lahir berbeda
menit. Hujan adalah perempuan. Matahari adalah laki-laki. Kelak keduanya
akan tumbuh menjadi manusia yang utuh. Menjadi manusia dewasa.
Hujan
lahir kala hujan deras. Matahari lahir kala hujan tiba-tiba berhenti
dan matahari bersinar terik. Kelahiran yang membuat orangtuanya
berasumsi banyak hal. Orang-orang menghubung-hubungkan dengan takhayul.
Hujan
dan Matahari adalah anak-anak pertama. Lahirnya benar-benar menyusahkan
orangtuanya. Kehadirannya ditunggu-tunggu. Bila bayi lahir 9 bulan 10
hari. Mereka 11 bulan. Benar-benar menyusahkan.
Hujan tumbuh
menjadi gadis yang bijaksana. Matahari tumbuh sebagai laki-laki yang
luar biasa. Keduanya saling melindungi. Keduanya saling melengkapi.
Keduanya tidak terpisahkan.
Sampai pada saat Pelangi datang.
Seorang gadis dari negeri seberang. Membuat Matahari jatuh hati. Hingga
hujan merasa kehilangan Mataharinya, saudaranya. Ia cemburu. Tapi pada
satu titik Hujan mengerti, Hujan dan Matahari tidak mungkin bersatu.
Sudah kubilang kan, hujan adalah gadis yang bijaksana.
Sampai diperjalanannya. Hujan pun bertemu Samudera. Dia jatuh cinta.
Saturday, September 27, 2014
Thursday, September 11, 2014
PINTU (by: Kurniawan Gunadi)
Aku sudah berikhtiar untuk pergi ke rumahmu. Mengetuk pintumu yang
terkunci rapat. Meski aku harus memaksa membukanya nanti, setelah
selesai dari perjalanan ini. Selesai dari tugas-tugas hidup inI. Aku
akan berjalan ke sisi rumahmu.
Tidak tahu bagaimana jadinya nanti. Tidak tahu bagiamana akhirnya. Aku tidak bisa menemukan cara masuk ke dalam rumahmu selain memaksanya. Rumahmu yang tanpa jendela. Kamu telah menutup semua kemungkinan orang lain mengintip ke dalam rumahmu. Satu pintu di muka rumah yang selalu terkunci setiap hari.
Aku tahu kamu sering mengintip dari lubang kunci. Melihat di luar sana orang berlalu lalang di depan rumahmu. Sesekali dari mereka berhenti dan mengetuk pintumu. Tapi tidak pernah terbuka. Mengapa kamu begitu lama berdiam diri di dalam sana? Apa yang sedang kamu lakukan? Atau apa yang sedang kamu tunggu?
Jika mendobrak pintumu berarti akan merusak pintu itu. Aku bersedia menggantinya meski tidak lagi sama. Setidaknya aku tahu kamu masih hidup. Meski pada akhirnya kamu akan mengusirku dari rumahmu. Aku tidak peduli, itu belum terjadi bukan?
Sepulang dari perjalanan panjang ini. Aku akan berdiri di depan rumahmu mungkin dengan segenggam linggis atau bisa jadi granat tangan. Aku tahu aku cukup kejam, aku hanya tidak tahu bagaimana cara membukanya dengan baik-baik. Jika kamu punya cara itu, katakanlah.
Tapi bukankah kata itu tidak pernah ada? Pintu yang selalu tertutup meski diketuk ribuan kali. Meski dihujani batu dan dikerat dengan pisau. Pintumu terkunci rapat. Aku tidak tahu cara membukanya dengan baik-baik, mungkin karena aku juga bukan orang baik-baik. Bekas orang brengsek yang tidak tahu mengapa begitu terusik melihatmu mengunci diri di dalam sana.
Jika nanti aku melihatmu meringkuk di sudut rumah dan matamu terpicing karena cahaya matahari yang merobos masuk. Aku ingin melihatmu tidak menangis karena aku merusak pintu rumahmu. Setidaknya jika kamu mengusirku, aku mendengarmu mengatakan bahwa kamu ingin sendiri.
Atau jika kamu menerimaku di sana, aku bersedia tinggal di dalamnya dan membantumu menata kembali rumahmu. Membuatkan jendela agar cahaya matahari itu bisa masuk. Agar udara itu bisa silih berganti.
Setidaknya aku tahu, apa yang sedang terjadi padamu. Karena kamu selama ini diam saja. Mengapa kamu menutup diri selama ini?
Tidak tahu bagaimana jadinya nanti. Tidak tahu bagiamana akhirnya. Aku tidak bisa menemukan cara masuk ke dalam rumahmu selain memaksanya. Rumahmu yang tanpa jendela. Kamu telah menutup semua kemungkinan orang lain mengintip ke dalam rumahmu. Satu pintu di muka rumah yang selalu terkunci setiap hari.
Aku tahu kamu sering mengintip dari lubang kunci. Melihat di luar sana orang berlalu lalang di depan rumahmu. Sesekali dari mereka berhenti dan mengetuk pintumu. Tapi tidak pernah terbuka. Mengapa kamu begitu lama berdiam diri di dalam sana? Apa yang sedang kamu lakukan? Atau apa yang sedang kamu tunggu?
Jika mendobrak pintumu berarti akan merusak pintu itu. Aku bersedia menggantinya meski tidak lagi sama. Setidaknya aku tahu kamu masih hidup. Meski pada akhirnya kamu akan mengusirku dari rumahmu. Aku tidak peduli, itu belum terjadi bukan?
Sepulang dari perjalanan panjang ini. Aku akan berdiri di depan rumahmu mungkin dengan segenggam linggis atau bisa jadi granat tangan. Aku tahu aku cukup kejam, aku hanya tidak tahu bagaimana cara membukanya dengan baik-baik. Jika kamu punya cara itu, katakanlah.
Tapi bukankah kata itu tidak pernah ada? Pintu yang selalu tertutup meski diketuk ribuan kali. Meski dihujani batu dan dikerat dengan pisau. Pintumu terkunci rapat. Aku tidak tahu cara membukanya dengan baik-baik, mungkin karena aku juga bukan orang baik-baik. Bekas orang brengsek yang tidak tahu mengapa begitu terusik melihatmu mengunci diri di dalam sana.
Jika nanti aku melihatmu meringkuk di sudut rumah dan matamu terpicing karena cahaya matahari yang merobos masuk. Aku ingin melihatmu tidak menangis karena aku merusak pintu rumahmu. Setidaknya jika kamu mengusirku, aku mendengarmu mengatakan bahwa kamu ingin sendiri.
Atau jika kamu menerimaku di sana, aku bersedia tinggal di dalamnya dan membantumu menata kembali rumahmu. Membuatkan jendela agar cahaya matahari itu bisa masuk. Agar udara itu bisa silih berganti.
Setidaknya aku tahu, apa yang sedang terjadi padamu. Karena kamu selama ini diam saja. Mengapa kamu menutup diri selama ini?
Monday, September 1, 2014
SEKIRANYA KITA BERTEMU HARI INI
Sekiranya kita bertemu hari
ini, mungkin aku tidak mengetahui bahwa kamu adalah orang yang ditulis
jauh-jauh hari untuk menemani hidup hingga mati.
Sekiranya kita bertemu hari ini, aku tidak akan menyadari meski sehari-hari kita berada di tempat yang sama dalam lingkaran pertemanan yang serupa. Kita akan berjalan bersama dalam satu rasa.
Sekiranya kita bertemu hari ini, kita akan menjalani hari sebagaimana biasanya. Tidak menduga dan tidak pernah menduga bahwa kemudian hari kita tinggal bersama. Di bawah genting yang sama, di dalam rumah yang sama.
Sekiranya kita bertemu hari ini, mungkin kita sedang saling benci, menghindari satu sama lain karena di antara kita ada yang menyakiti. Kita tidak peduli bahwa cinta dan benci itu hanya masalah kadar suka yang berlebih dan kekurangan. Bukan benar-benar benci.
Sekiranya kita bertemu hari ini, kita tidak peduli, sedang apa masing-masing kita hari ini. Tidak pernah ada hal penting yang saling kita tanyakan. Tidak ada hal istimewa yang kita rindukan pun tidak mengaharapkan kehadiran.
Sekiranya kita bertemu hari ini, kita tidak pernah menyadari esok hari. Ternyata aku akan memanggilmu, kekasih.
Sekiranya kita bertemu hari ini, aku tidak akan menyadari meski sehari-hari kita berada di tempat yang sama dalam lingkaran pertemanan yang serupa. Kita akan berjalan bersama dalam satu rasa.
Sekiranya kita bertemu hari ini, kita akan menjalani hari sebagaimana biasanya. Tidak menduga dan tidak pernah menduga bahwa kemudian hari kita tinggal bersama. Di bawah genting yang sama, di dalam rumah yang sama.
Sekiranya kita bertemu hari ini, mungkin kita sedang saling benci, menghindari satu sama lain karena di antara kita ada yang menyakiti. Kita tidak peduli bahwa cinta dan benci itu hanya masalah kadar suka yang berlebih dan kekurangan. Bukan benar-benar benci.
Sekiranya kita bertemu hari ini, kita tidak peduli, sedang apa masing-masing kita hari ini. Tidak pernah ada hal penting yang saling kita tanyakan. Tidak ada hal istimewa yang kita rindukan pun tidak mengaharapkan kehadiran.
Sekiranya kita bertemu hari ini, kita tidak pernah menyadari esok hari. Ternyata aku akan memanggilmu, kekasih.
TUHAN DAN RAHASIA
Ketika aku ditanya tentang hal apa yang ingin aku ketahui dari hidup, hanya ada satu hal yang ingin aku ketahui, bukan soal kaya atau miskinku, siapa jodohku ataupun bagaimana masa depanku. Satu hal itu adalah memaafkankah Tuhan atas segala dosaku?
Aku hanya ingin tau satu hal itu saja, selebihnya aku tidak perlu. Aku hanya butuh maafnya dalam hidup ini. Sebab aku sudah banyak berlaku salah. Sebab kesalahan itu selalu mengahantuiku hingga saat ini.
Hendak memilih mati pun itu sebuah kesalahan. Tuhan melarangku untuk mengakhiri hidupku sendiri. Tidak mengapa aku lepaskan dunia ini, asal aku tau bahwa Dia memaafkanku.
Aku takut aku tidak berkesempatan masuk surga-Nya. Aku takut kelak di hari penghakiman, seluruh dosaku diberitakan tanpa dimaafkan satu pun. Setidaknya aku berterimakasih atas kebaikan-Mu, karena-Mu menutupi seluruh rahasia dan dosa ini.
Orang-orang melihatku begitu baik. Bahkan beberapa melihatku di atasnya. Mereka hanya tidak tau apa yang aku sembunyikan dari balik pakaian dan tulisan. Mereka tidak tau saja bahwa aku mungkin mengalami kehidupan yang tidak pernah mereka bayangkan. Yang akan membuat mereka pergi jauh ketika mengetahuinya.
Begitulah cara Tuhan. Aku tau mudah bagi-Mu memuliakan manusia dan menghinakannya. Kemuliaan dan kehinaan sama-sama ujian. Dan aku masih tetap sama, hanya ingin tau, memaafkankah Tuhan atas segala kesalahanku?
Aku hanya ingin tau satu hal itu saja, selebihnya aku tidak perlu. Aku hanya butuh maafnya dalam hidup ini. Sebab aku sudah banyak berlaku salah. Sebab kesalahan itu selalu mengahantuiku hingga saat ini.
Hendak memilih mati pun itu sebuah kesalahan. Tuhan melarangku untuk mengakhiri hidupku sendiri. Tidak mengapa aku lepaskan dunia ini, asal aku tau bahwa Dia memaafkanku.
Aku takut aku tidak berkesempatan masuk surga-Nya. Aku takut kelak di hari penghakiman, seluruh dosaku diberitakan tanpa dimaafkan satu pun. Setidaknya aku berterimakasih atas kebaikan-Mu, karena-Mu menutupi seluruh rahasia dan dosa ini.
Orang-orang melihatku begitu baik. Bahkan beberapa melihatku di atasnya. Mereka hanya tidak tau apa yang aku sembunyikan dari balik pakaian dan tulisan. Mereka tidak tau saja bahwa aku mungkin mengalami kehidupan yang tidak pernah mereka bayangkan. Yang akan membuat mereka pergi jauh ketika mengetahuinya.
Begitulah cara Tuhan. Aku tau mudah bagi-Mu memuliakan manusia dan menghinakannya. Kemuliaan dan kehinaan sama-sama ujian. Dan aku masih tetap sama, hanya ingin tau, memaafkankah Tuhan atas segala kesalahanku?
Subscribe to:
Posts (Atom)